SEJARAH PERKEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN DI INDONESIA
Pendidikan dalam peradaban anak
manusia merupakan hal yang paling urgen. Semenjak manusia berinteraksi dengan
aktifitas pendidikan ini semenjak itulah manusia berhasil merealisasikan
berbagai perkembangan dan kemajuan dalam segala lini kehidupan mereka. Bahkan
pendidikan adalah sesuatu yang alami dalam perkembangan peradaban manusia.
Secara paralel proses pendidikan pun mengalami kemajuan yang sangat pesat, baik
dalam bentuk metode, sarana maupun target yang akan dicapai. Karena hal ini
merupakan satu sifat dan keistimewaan dari pendidikan, yaitu bersifat maju. Dan
apabila sebuah pendidikan tidak mengalami serta tidak menyebabkan suatu
kemajuan atau menimbulkan kemunduran maka tidaklah dinamakan pendidikan. Karena
pendidikan adalah sebuah aktifitas yang integral yang mencakup target, metode
dan sarana dalam membentuk manusia-manusia yang mampu berinteraksi dan
beradaptasi dengan lingkungannya, baik internal maupun eksternal demi
terwujudnya kemajuan kemajuan yang lebih baik. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan
Indonesia, pemerintah berupaya melakukan berbagai reformasi dalam bidang
pendidikan. Dan sebagai sarana untuk meningkatkan mutu pendidikan diperlukan
sebuah kurikulum.
A.
Pengertian Kurikulum
Istilah
kurikulum (curriculum) berasal
dari kata curir (pelari) dan curere (tempat berpacu), dan pada
awalnya digunakan dalam dunia olahraga. Pada saat kurikulum diartikan sebagai
jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk
memperoleh medali/penghargaan. Kemudian, pengertian tersebut diterapkan dalam
dunia pendidikan menjadi sejumlah mata pelajaran (subject) yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari awal sampai
akhir program pelajaran untuk memperoleh penghargaan dalam bentuk ijazah.
Secara Etimologis, kurikulum berasal
dari bahasa Yunani, yaitu carier yang artinya pelari dan curare yang berarti
tempat berpacu. Jadi, istilah kurikulum berasal dari dunia olah raga pada zaman Romawi Kuno di Yunani, yang
mengandung pengertian suatu jarak yang
harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis finish.
Dalam bahasa Arab, kata kurikulum
biasa diungkapkan dengan manhaj yang berarti jalan yang dilalui
oleh manusia pada berbagai bidang kehidupan. Sedangkan kurikulum
pendidikan (manhaj al-dirasah) dalam qamus Tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan media yang
dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan dalam
mewujudkan tujuan-tujuan
pendidikan.
Menurut UU RI No 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidika Nasional Pasal 1 ayat 19, kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, tambahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor: 725/Menkes/SK/V/2003 tentang pedoman penyelenggaraan pelatihan dibidang
kesehatan, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan
bahan pembelajaran serta metode yang digunakan sebagai pedoman menyelenggarakan
kegiatan pembelajaran.
Menurut pasal 1 butir 6 Kepmendiknas
Nomor 232/U/2000 tentang pedoman penyusunan kurikulum pendidikan tinggi dan
penilaian hasil belajar mahasiswa, kurikulum
pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun
bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaiannya yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di
perguruan tinggi.
Pengertian kurikulum menurut beberapa para ahli antar
lain:
1.
Jhon Dewey
Kurikulum sesungguhnya tidak lain dari
pengalaman, pengalaman ras, dan pengalaman anak yang direkontruksi
terus-menerus menjadi sejumlah pengetahuan atau bidang studi.
2.
Franklin Bobbit
Kurikulum dirumuskan (a) sebagai keseluruhan pengalaman, baik
pengalaman langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan perkembangan
kesanggupan-kesanggupan individu, (b) serangkaian pengalaman pendidikan yang
dipergunakan oleh sekolah untuk menyempurnakan perkembangan anak.
3.
Caswell dan Campbell
Kurikulum sebagai semua pengalaman belajar yang direncanakan
dan diarahkan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.
4.
Ralph Tyler
Kurikulum sebagai semua pengalaman belajar yang direncanakan
dan diarahkan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.
5.
Krug
Kurikulum terdiri dari
semua alat pengajaran yang dipakai sekolah untuk memberi kiesempatan belajar
kepada siswa menuju tujuan belajar yang dikehendaki.
6.
Harsono
Kurikulum merupakan gagasan pendidikan yang diekpresikan
dalam praktik. Dalam bahasa latin, kurikulum berarti track atau jalur pacu.
Saat ini definisi kurikulum semakin berkembang, sehingga yang dimaksud
kurikulum tidak hanya gagasan pendidikan tetapi juga termasuk seluruh program
pembelajaran yang terencana dari suatu institusi pendidikan.
7.
Johnson
Kurikulum suatu rangkaian hasil belajar yang diinginkan.
Kurikulum mengantisipasi alat untuk mencapai tujuan.
8.
Robert Gagne
Kurikulum sebagai suatu rangkaian unit bahan yang disusun
sedemikian rupa sehingga setiap unit dipelajari secara utuh, dengan syarat
kecakapan dan kemampuan yang terdapat dalam tujuan unit sebelumnya harus
dikuasai oleh anak terlebih dahulu.
9.
Harnack
Kurikulum meliputi semua pengalaman belajar dan mengajar yang
terpimpin dan diarahkan oleh sekolah.
10.
Hass
Kurikulum adalah semua pengalaman individu anak dari suatu
program pendidikan yang tujuannya mencapai tujuan umum maupun tujuan yang
spesifik yang direncanakan dalam rangka teori, riset atau praktik profesional
masa lalu dan sekarang.
Berdasarkan
definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan pedoman
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di setiap satuan pendidikan yang
berisi seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, materi
pelajaran, rencana pengajaran, pengalaman belajar, cara-cara yang digunakan
untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran, serta evaluasi hasil belajar demi
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
B. Sejarah
Perkembangan Kurikulum di Indonesia
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun
1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun
1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan yang sekarang 2006.
Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem
politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara.
Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan
secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat.
Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu
Pancasila dan UUD 1945. Perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan
serta pendekatan dalam merealisasikannya.
Perubahan kurikulum tersebut tentu
disertai dengan tujuan pendidikan yang berbeda-beda, karena dalam setiap
perubahan tersebut ada suatu tujuan tertentu yang ingin dicapai untuk memajukan
pendidikan nasional kita. Perubahan kurikulum di dunia pendidikan Indonesia
beserta tujuan yang ingin dicapai dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kurikulum 1947
Kurikulum
pertama pada masa kemerdekaan namanya Rencana Pelajaran 1947. Ketika itu
penyebutannya lebih populer menggunakan leer plan (rencana pelajaran) ketimbang
istilah curriculum dalam bahasa Inggris. Rencana Pelajaran 1947 bersifat
politis, yang tidak mau lagi melihat dunia pendidikan masih menerapkan kurikulum
Belanda, yang orientasi pendidikan dan pengajarannya ditujukan untuk
kepentingan kolonialis Belanda. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Situasi
perpolitikan dengan gejolak perang revolusi, maka Rencana Pelajaran 1947, baru
diterapkan pada tahun 1950. Oleh karena itu Rencana Pelajaran 1947 sering juga
disebut kurikulum 1950. Susunan Rencana Pelajaran 1947 sangat sederhana, hanya
memuat dua hal pokok, yaitu daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, serta
garis-garis besar pengajarannya.
Rencana Pelajaran 1947 lebih
mengutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara, dan bermasyarakat, daripada
pendidikan pikiran. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari,
perhatian terhadap kesenian, dan pendidikan jasmani
2. Kurikulum 1952
Setelah Rencana
Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan.
Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini
sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan
sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus
memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Di
penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum
1964. Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral
(Pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang
studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan
jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan
fungsional praktis.
3. Kurikulum 1964
Usai tahun
1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum
di Indonesia. Kali ini diberi nama Rencana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran
kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah
mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan
pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana
yang meliputi pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral. Mata
pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmani. Pendidikan dasar
lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
4. Kurikulum 1968
Kurikulum
1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya perubahan
struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa
pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan
perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen.
Dari segi
tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada
upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan
keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
5. Kurikulum 1975
Kurikulum
1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. “Yang
melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO
(management by objective) yang terkenal saat itu. Metode, materi, dan tujuan
pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).
Zaman ini dikenal istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap
satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan
instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar,
dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru dibikin sibuk menulis
rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.
Pada tahun
ini pengajaran matematika modern resminya dimulai. Model pembelajaran
matematika modern ini muncul karena adanya kemajuan teknologi. Di Amerika
Serikat perasaan adanya kekurangan orang-orang yang mampu menangani senjata,
rudal dan roket sangat sedikit, mendorong munculnya pembaharuan pembelajaran
matematika.
W. Brownell mengemukakan bahwa belajar
matematika harus merupakan belajar bermakna dan berpengertian. Teori Gestalt
yang muncul sekitar tahun 1930, dimana Gestalt menengaskan bahwa latihan hafal
adalah sangat penting dalam pengajaran namun diterapkan setelah tertanam
pengertian pada siswa.
Dua hal tersebut di atas
memperngaruhi perkembangan pembelajaran matematika di Indonesia. Berbagai
kelemahan seolah nampak jelas, pembelajaran kurang menekankan pada pengertian,
kurang adanya kontinuitas, kurang merangsang anak untuk ingin tahu, dan lain sebagainya.
Ditambah lagi masyarakat dihadapkan pada kemajuan teknologi. Akhirnya
Pemerintah merancang program pembelajaran yang dapat menutupi
kelemanahn-kelemahan tersebut.
Muncullah kurikulum 1975 dimana
matematika saat itu mempunyai karakteristik sebagai berikut.
a) Membuat topik-topik
dan pendekatan baru. Topik-topik baru yang muncul adalah himpunan, statistik
dan probabilitas, relasi, sistem numerasi kuno, penulisan lambang bilangan non
desimal.
b) Pembelajaran lebih menekankan
pembelajaran bermakna dan berpengertian dari pada hafalan dan ketrampilan
berhitung.
c) Program matematika sekolah dasar dan sekolah
menengah lebih kontinyu.
d) Pengenalan penekanan pembelajaran pada struktur.
e) Programnya dapat melayani kelompok anak-anak yang
kemampuannya hetrogen.
f) Menggunakan bahasa yang lebih tepat.
g) Pusat pengajaran pada murid tidak pada guru.
h) Metode pembelajaran menggunakan meode menemukan,
memecahkan masalah dan teknik diskusi.
i) Pengajaran matematika lebih hidup dan menarik.
6. Kurikulum 1984
(Kurikulum CBSA)
Kurikulum
1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses,
tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975
yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari
mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini
disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).
Kurikulum
1984 ini berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan
bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat
terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu,
sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan
adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.
Pembelajaran matematika pada era
1980-an merupakan gerakan revolusi matematika. Revolusi ini diawali oleh
kekhawatiran negara maju yang akan disusul oleh negara-negara terbelakang saat
itu, seperti Jerman barat, Jepang, Korea, dan Taiwan. Pengajaran matematika
ditandai oleh beberapa hal yaitu adanya kemajuan teknologi muthakir seperti
kalkulator dan komputer.
Perkembangan matematika di luar
negeri tersebut berpengaruh terhadap matematika dalam negeri. Di dalam negeri,
tahun 1984 pemerintah melaunching kurikulum baru, yaitu kurikulum tahun 1984.
Alasan dalam menerapkan kurikulum baru tersebut antara lain, adanya sarat
materi, perbedaan kemajuan pendidikan antar daerah dari segi teknologi, adanya
perbedaan kesenjangan antara program kurikulum di satu pihak dan pelaksana
sekolah serta kebutuhan lapangan dipihak lain, belum sesuainya materi kurikulum
dengan tarap kemampuan anak didik. Dan, CBSA (cara belajar siswa aktif) menjadi
karakter yang begitu melekat erat dalam kurikulum tersebut.
7. Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 dibuat sebagai
penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2
tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem
pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem
caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi
tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima
materi pelajaran cukup banyak. Tujuan pengajaran menekankan pada pemahaman
konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
Tahun 90-an kegiatan olimpiade
matematika internasional begitu marak. Sampai tahun 1977 saja sudah 19 kali
diselenggarakan olimpiade matematika internasional. Saat itu Yugoslavia menjadi
tuan rumah pelaksanaan olimpiade, dan yang berhasil mendulang medali adalah
Amerika, Rusia, Inggris, Hongaria, dan Belanda.
Indonesia tidak ketinggalan dalam pentas olimpiade
tersebut namun jarang mendulang medali. Keprihatinan tersebut diperparah dengan
kondisi lulusan yang kurang siap dalam kancah kehidupan. Para lulusan kurang
mampu dalam menyelesaikan problem-problem kehidupan dan lain sebagainya. Dengan
dasar inilah pemerintah berusaha mengembangkan kurikulum baru yang mampu
membekali siswa berkaitan dengan problem-solving kehidupan. Lahirlah kurikulum
tahun 1994.
Dalam kurikulm tahun 1994,
pembelajaran matematika mempunyai karakter yang khas, struktur materi sudah
disesuaikan dengan psikologi perkembangan anak, materi keahlian seperti
komputer semakin mendalam, model-model pembelajaran matematika kehidupan
disajikan dalam berbagai pokok bahasan. Intinya pembelajaran matematika saat
itu mengedepankan tekstual materi namun tidak melupakan hal-hal kontekstual
yang berkaitan dengan materi. Soal cerita menjadi sajian
menarik disetiap akhir pokok bahasan, hal ini diberikan dengan pertimbangan
agar siswa mampu menyelesaikan permasalahan kehidupan yang dihadapi
sehari-hari.
8. Kurikulum 2004
(KBK)
Kurikukum
2004 ini lebih dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Pendidikan
berbasis kompetensi menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan
(kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar performance yang telah ditetapkan.
Competency Based Education is education geared toward preparing indivisuals to
perform identified competencies (Scharg dalam Hamalik, 2000: 89). Hal ini
mengandung arti bahwa pendidikan mengacu pada upaya penyiapan individu yang
mampu melakukan perangkat kompetensi yang telah ditentukan. Implikasinya adalah
perlu dikembangkan suatu kurikulum berbasis kompetensi sebagai pedoman
pembelajaran.
Kurikulum Berbasis Kompetensi
berorientasi pada:
1. Hasil dan
dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian
pengalaman belajar yang bermakna.
2. Keberagaman
yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhannya. Tujuan yang ingin
dicapai menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal.
Tahun 2004 pemerintah melaunching kurikulum baru
dengan nama kurikulum berbasis kompetesi. Secara khusus model pembelajaran
matematika dalam kurikulum tersebut mempunyai tujuan antara lain;
a) Melatih cara berfikir dan
bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan,
eksplorasi, eksperimen, menunjukkankesamaan, perbedaan, konsistensi dan
inkonsistensi
b) Mengembangkan aktifitas kreatif yang
melibatkan imajinasi, intuisi,dan penemuan dengan mengembangkan divergen,
orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
c) Mengembangkan
kemampuan memecahkan masalah
d) Mengembangkan kemapuan menyampaikan
informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,
catatan, grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan.
9. Kurikulum 2006
(KTSP)
Kurikulum
2006 ini dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan, muncullah KTSP. Tinjauan dari segi isi dan
proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi
tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol
adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai
dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini
disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar
kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap
satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Jadi
pengambangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian
merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan
supervisi pemerintah Kabupaten/Kota.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking